Daniel Chaniago, Sang Aktor Bom Makassar Berada di Afghanistan | Media Sergap -->

Daniel Chaniago, Sang Aktor Bom Makassar Berada di Afghanistan

Ledakan yang diduga bom bunuh diri di dekat Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021). [SS/Twitter Via The Straits Times]

mediasergap.com | JAKARTA - Markas Besar Polisi Republik Indonesia (Mabes Polri), menyatakan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dituding bertanggung jawab atas peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/03/21) kemarin.

Polri pun menyebutkan, Saefullah alias Daniel alias Chaniago, otak dari pemboman di Makassar tersebut.

Kapolri, Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menyatakan, pelaku bom bunuh diri merupakan jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Ini diungkapkan sang Jenderal tersebut, saat meninjau lokasi kejadian bersama Panglima TNI Hadi Tjahjanto di Jalan Kajaolalido, Kecamatan Ujungpandang, Kota Makassar Minggu (28/3/2021) malam.

Menurut mantan Kabagreskrim Mabes Polri itu, dua pelaku bom bunuh diri tersebut berkaitan dengan 19 teroris JAD yang ditangkap di Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu.

"Pelaku ini merupakan jaringan JAD (berkaitan) dengan 19 anggota JAD yang ditangkap kemarin," kata Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Sosok Daniel, Sang Aktor JAD

Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah organisasi teroris yang berafiliasi ke ISIS. Di balik organisasi itu ada seorang yang menjadi mastermind-nya atau dalangnya.

Mabes Polri mengungkap masih mengejar seorang terduga teroris bernama Saefullah alias Daniel alias Chaniago.

Penjaga perpustakaan Ponpes Ibnu Mas'ud itu, bahkan masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, baru-baru ini mengatakan, Saefullah mengendalikan dan memberi perintah kepada sejumlah terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia. Salah satunya kepada terduga teroris N atau Novendri yang ditangkap di Padang, Sumatera Barat.

Saefullah, menurut kacamata Polri, mengarahkan N untuk mengirim uang kepada Mujahidin Indonesia Timur (MIT). "N ini ada pengendalinya. Mastermind-nya saat ini atas nama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Yang bersangkutan sudah diterbitkan DPO oleh Densus 88 sebagai mastermind," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Saat ini, Daniel, diduga berada di satu wilayah di Khorasan Afghanistan."Kenapa ada di situ, (karena) pasca-kekalahan ISIS di Suriah, Al Baghdadi langsung pecah kekuatannya. Saat ini kekuatan ISIS sudah mengarah ke suatu daerah, yaitu di Khorasan Afghanistan. Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh satu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ," Jenderal Polisi Bintang Satu tersebut.

Selain itu, Saefullah, mengontrol beberapa pelaku yang ada di Indonesia. Antara lain tersangka Yoga dari JAD Kalimantan Timur yang ditangkap Juni 2019 lalu.

Yoga sendiri berperan menggantikan Andi Baso, sebagai jembatan penghubung antara kelompok ISIS atau JAD di Indonesia dan Filipina.

Menurut Dedi, Saefullah berencana mengirimkan uang kepada Yoga untuk membeli senjata di Filipina, untuk nantinya dikirim ke Indonesia.

Saefullah, juga disebut sebagai orang yang mengatur perjalanan Muhammad Aulia beserta 11 orang Indonesia lain yang berencana berangkat ke Khorasan Afghanistan.

Namun, mereka dideportasi dari Bangkok dan kemudian ditangkap Densus 88 di Bandara Kualanamu, Medan.

Mabes Polri mengatakan, Saefullah alias Daniel alias Chaniago, mastermind kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia, mendapatkan aliran dana dari luar negeri guna melakukan aksi terorisme.

Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, Saefullah mendapatkan aliran dana dari 12 oknum berbeda, yang ditransfer dari lima negara berbeda pula. "Saudara Saeful ini menerima beberapa aliran dana. Ini aliran dana dari negara Trinidad Tobago ada tujuh kali, dari Maldives ada satu kali, Venezuela satu kali, Jerman dua kali dan Malaysia sekali," ujar Dedi.

Ia menyebut, Saefullah, Etercatat mulai mendapatkan aliran dana tersebut dalam kurun waktu Maret 2016 hingga September 2017.

Berdasarkan penyelidikan kepolisian, adapun dana yang terkumpul $ 28.921.89 atau Rp 413.169.857 yang ditransfer melalui Western Union."Seluruhnya terkumpul Rp413.169.857,-. Mereka menggunakan sistem aliran dana western union," ujar Brigjen Dedi.

Inilah Nama-nama Pengirim Dana Kepada Saefulah

1.Yahya Abdul Karim dari Trinidad & Tobago (4 kali);

2. Fawaaz Ali dari Trinidad & Tobago;

3. Keberina Deonarine dari Trinidad & Tobago;

4. Ahmed Afrah dari Maldives;

5. Ricky Mohammed dari Trinidad & Tobago (2 kali);

6. Ian Marvin Bailey dari Trinidad & Tobago;

7. Pedro Manuel Morales Mendoza dari Venezuela;

8. Mehboob Suliman dari Jerman;

9. Simouh Ilyas dari Jerman;

10. Muslih Ali dari Maldives;

11. Furkan Cinar dari Trinidad & Tobago;

12. Jonius Ondie Jahali dari Malaysia.

Dua Orang Terkait Bom Bunuh Diri

Sebelumnya, nama seorang Honorer di DPRD Sulsel,Adi Kurniawan, viral dan menjadi perhatian usai ledakan bom bunuh diri di Makassar, Minggu (28/03/21) kemarin.

Pasalnya, sepeda motor matic yang dipakai terduga pelaku meledakkan bom di depan Gereja Katedral, Jalan Kajaolallido Makassar, itu atas nama kerabatnya.

Sepeda motor itu dibeli atas nama Hasniawati, yang merupakan kakak kandung Adi.

Berdasarkan keterangan Adi, ternyata sepeda motor matic bernomor polisi (Nopol) DD 5984 MD itu ditarik Debt Collector pada 2015 lalu.

Sementara identitas bomber, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar mulai terkuak.

Polisi memastikan pelakunya berjumlah 2 orang. Keduanya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Hal itu berdasarkan hasil Tim Inafis dan DVI dan Puslabfor Polda Sulsel terhadap jenazah keduanya. "Yang satu itu yang laki-laki masih menempel di motornya. Yang lebih parah lagi kondisinya ini yang perempuan," ujar Humas Polda Sulsel, Kombes Pol E Zulpan.

Pun demikian, polisi belum merilis siapa identitas kedua pelaku. "Sudah dilakukan penelitian oleh tim Inafis dan DVI, siapa kedua pelaku ini. Mudah-mudahan dalam waktu singkat kita bisa sampaikan identitas kedua pelaku," ujarnya.

Petugas polisi berjaga di lokasi dugaan bom diri di depan Gereja Katolik Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021). FOTO ANTARA / Abriawan Abhe / foc. (FOTO ANTARA / ABRIAWAN ABHE)

Terkait 20 Anggota JAD Diamankan Densus 88/AT Mabes Polri

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar masih terkait dengan 20 kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diamankan tim Densus 88 Anti-teror pada 6 Januari lalu.

Hal itu diungkapkan Listyo Sigit, saat meninjau lokasi ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/03/2021) malam.

"Mereka (dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar) adalah bagian dari kelompok (teroris) beberapa waktu yang lalu. Ada kurang lebih 20 orang dari kelompok JAD yang kita amankan. Mereka bagian dari itu," ujar Listyo Sigit kepada para kru media.

Kepolisian RI, lanjut sang Jenderal Polisi itu, sejauh ini Densus 88/AT Mabes Poplri telah berhasil mengidentifikasi identitas salah satu pelaku pengeboman di Gereja Katedral Makassar."Kami sudah mendapatkan laporan bahwa terkait dengan identitas pelaku. Kita sudah mendapatkan dengan inisial L," ujar Listyo.

Pelaku L ini, kata Listyo, merupakan bagian dari puluhan anggota JAD yang ditangkap Tim Densus 88 Anti-teror pada bulan Januari.

Selain itu, Listyo, juga mengungkapkan bahwa kelompok teroris JAD ini pernah terlibat serangkaian aksi teror yang terjadi di Jolo, Filipina, pada 2018 silam."Yang bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku (teroris) yang beberapa waktu lalu telah kita amankan," katanya.

"Kelompok ini tergabung atau terkait dengan kelompok yang pernah melaksanakan kegiatan operasi di Jolo, Filipina 2018," sambung Jenderal Listyo lagi.

Setelah berhasil mengidentifikasi salah satu pelaku, kepolisian selanjutnya akan melakukan tes DNA.

Menurut Listyo,itu diperlukan untuk mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaan secara ilmiah. "Inisial pelaku sudah kita dapatkan dan saat ini sedang kita tindaklanjuti untuk melaksanakan pemeriksaan terkait dengan DNA yang bersangkutan untuk bisa kita pertanggung jawabkan secara ilmiah," pungkas Listyo.

Balas Dendam & Amaliyah

Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Al Chaidar mengatakan, jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke ISIS selalu menyasar gereja seperti di Surabaya, Jawa Timur, pada 2018 dan Jolo, Filipina, pada 2019.

Al Chaidar menduga, serangan tersebut merupakan balas dendam kelompok JAD atas penangkapan puluhan anggotanya dan tewasnya dua orang dari kelompoknya oleh Densus 88 Antiteror Polri pada awal Januari lalu di Makassar. "Jadi, daripada tertangkap atau tewas, maka mereka segera melakukan serangan amaliyah," ujar Al Chaidar, kepada salah satu media online nasional, Minggu (28/03/2021) kemarin.

"Mereka menyasar gereja karena mereka kelompok Wahabi Takfiri yang christophobia atau tidak menyukai orang-orang non-Muslim," sambung Al Chaidar lagi.

Senada dengan Al Chaidar, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad Syauqillah, juga menduga pelaku pengeboman di Gereja Katedral Makassar terkait dengan kelompok JAD yang kerap menyasar tempat ibadah. Namun demikian, aksi itu tidak semata dilakukan atas dasar balas dendam tapi sebagai "amaliyah (aksi) menjelang bulan Ramadan".

"Mereka mengganggap bulan suci Ramadan adalah waktu yang tepat karena di bulan-bulan inilah amal dilipatgandakan. Ini bulan yang sakral untuk kelompok itu," ujar Muhammad.

Tindakan pengeboman jelang bulan Ramadan, katanya, juga pernah terjadi pada 2019 lalu di pos pengamanan Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kelompok JAD Tersebar di 19 Provinsi

Muhammad Syauqillah dan Al Chaidar, sepakat bahwa jumlah anggota kelompok JAD di Sulawesi Selatan masih cukup banyak kendati puluhan orangnya telah ditangkap Densus 88 Antiteror.

Sehingga tidak menutup kemungkinan akan adanya serangan lanjutan."Melihat persebaran jumlah mereka, akan ada serangan lain di pelbagai tempat dan kemungkinan di tempat-tempat yang ada Gereja Katedralnya apakah di Medan, Palembang, dan sebagainya," imbuh Al Chaidar.

Dia juga mengatakan perekrutan kelompok JAD di Indonesia sangat cepat dan jumlahnya berkali lipat.

Ia mencontohkan, jika dahulu dalam satu bulan mereka bisa merekrut dua hingga tiga simpatisan baru, maka sekarang mencapai puluhan orang.

Karena itulah, Al Chaidar, menilai penangkapan besar-besaran yang dilakukan Densus 88 Antiteror Polri hanya merepotkan aparat keamanan tapi tak cukup efektif membendung masifnya apa yang disebut sebagai ideologi trans-nasional Wahabi Takfiri.

Yang harus segera dilakukan pemerintah, katanya, adalah mengintensifkan gerakan kontra wacana ideologi trans-nasional Wahabi di Indonesia.

Caranya melibatkan ahli keagamaan dari pelbagai universitas. Sebab, berdasarkan pengamatannya, sel aktif kelompok JAD saat ini sudah menyebar di 19 provinsi dari sebelumnya hanya di 18 provinsi.

"Pemerintah dalam hal ini sepertinya tidak punya imajinasi untuk membendung ideologi itu. Padahal banyak ahli keagamaan seperti di UIN, UI, UGM yang memiliki kemampuan untuk counter-discourse. Kalau penangkapan-penangkapan terus enggak akan habis-habis," ujarnya. (bbs/fit)

No comments:

Post a Comment

Berita Terkini